Sunday, January 23, 2011

Sadistic Movies, Please Go to Hell

Sumpah, gue ngga habis pikir kenapa ada film macem Saw dibuat bersekuel-sekuel. Hiburan sakit. Apa manusia udah segitu stress nya jaman sekarang sampe nyari hiburan dengan nonton film nista kayak gitu? Mau MUNTAH. Gue curiga yang bikin skenario itu film, entah serial killer, orang sinting alias lagi berobat jalan, atau kerasukan iblis jahanam. WTF are in his/ her mind to be able to create such gruesome scenes? Buat gue film itu ngga lebih dari kisah biadab, ngga ada intinya kecuali ngingetin semua orang kalo ternyata, manusia bisa lebih rendah dari binatang. Apa masih perlu diingetin lagi? Apa hidup sehari-hari kurang kejam? Kurang susah? Kurang keji? That you’re willing to watch people get slaughtered like chickens and cows??? Have people lost their heart now?

It’s totally NOT FUNNY at all. Ngga lucu sama sekali. Kalo ada rating minus, gue akan kasih rating minus tidak berhingga buat film itu. Percuma aja buang-buang duit dan kerja susah payah buat produksi tu film, kalo niatnya mau bikin hiburan. Tapi gue ngga bisa komentar kalo orang-orang yang bekerja behind the scene adalah orang-orang yang butuh terapi kejiwaan yang salah satu programnya adalah dengan mengkhayal adegan-adegan sadis tak berperikemanusiaan. But then it makes the therapist the son of a bitch. Sebagai orang yang waras, kok ngga berpikir dua kali untuk nyebarluasin tontonan penuh kekerasan kayak gitu? Apa dia ngga punya anak kecil or keponakan di rumah? Apa dia ngga tahu (yang rasanya sih mustahil), apa yang ditonton anak-anak itu bisa dicontoh sama mereka? Lantas gimana pertanggungjawaban mereka kalau sampai ada anak-anak yang kurang dapet pengawasan trus nonton film-film hina dina menjijikkan dan najis buatan dia itu trus nyontoh?

Look, all I’m trying to say is: sadis ada batasnya. Tapi belakangan ini yang gue liat, produser-produser film sepertinya berlomba-lomba bikin film yang sadis, keji, biadab. Seolah-olah kekerasan sekarang jadi trend. Jadi mode. The more blood, the more applause. Which looks pretty insane to me. Terang aja, seorang gue ngga mungkin menghentikan produksi film-film Saw rendahan itu. Dan emang, gue ngga bisa maksain selera. Tapi buat mereka-mereka, bapak-bapak dan ibu-ibu yang kerja di belakang layar, please, think again before coming up with more horrid, grisly and wicked ideas just to sell your movies. Your minds can be the devil’s workshops.

No comments:

Post a Comment