Saturday, February 18, 2017

The Ungrateful City



Barangkali gw memang egois pengen si no. 2 yang menang pemilihan. Mungkin, emang rakyat Jakarta yang lebih punya hati. Masyarakat Indonesia belum siap untuk diajak berjujur ria. Terlalu pandai. Terlalu banyak kepentingan. Kejujuran Cuma slogan, yang lebih sering dikunci di gudang buat jadi barang lapuk, baru diambil kalo perlu pernak-pernik buat kampanye. Semuanya menyerukan nama kudus Dia yang dulu tak berani disebut oleh bangsa Ibrani, karena terlalu dahsyat, dan ngeri. Tapi nabi-nabi palsu tidak takut. Bagi mereka, Tuhan itu tak lebih dari mitos. Gimana ngga. Mereka belum pernah ketemu. Belum pernah ngobrol. Dan belum pernah ngerasa ditampar saat mereka melanggar perintahNya. Mereka percaya sama apa yang bias mereka sentuh, pegang dan rasakan. Yang bias senantiasa mendatangkan manfaat dan kebaikan buat daging-daging mereka. Seperti uang. Ya, uang, pastinya. Jama sekarang ngga punya uang? Ke laut aja deh loe. Ya ngga?
Jadi balik lagi, kalau kamu lebih percaya Tuhan ketimbang uang sampe ngga mau kompromi samasekali buat hal-hal yang ngga sejalan sama ketentuan Dia… kamu orang aneh. Ngga waras. Berbahaya. Perlu disingkirkan…

Si no. 2 pun masuk ke jalur para martir. Dihakimi, difitnah, diberi kesaksian dusta. Buat apa?
Buat ngebersihin sungai-sungai dari sampah. Buat ngebenahin pasar dan ngusir preman. Buat meniadakan pungutan liar. Buat mengusir banjir. Buat mindahin penduduk pemukiman kumuh yang sarat penyakit ke apartemen yang jauh lebih layak tinggal…
Sakit hati? Iya. Saya sakit hati. Karena saya melihat pekerjaan Tuhan lewat dia, tapi manusia memilih untuk berpaling ke pekerjaan setan.

Aku bertanya padaNya, kenapa? Kenapa Kau memilih untuk kalah, membiarkan yang jahat yang menang? Apa salahnya sih sekali-sekali unjuk gigi? Kasih mereka liat, siapa Tuhan. Biar aja ada yang jadi tiang garam. Atau gosong di tempat. Sekali-sekali aja… Apa Tuhan ngga empet liat mereka yang sok pinter dan memutarbalikkan kebenaran? Dulu Tuhan empet sama bangsa Israel yang kerjanya bersungut-sungut ngga tau terima kasih. Kenapa sekarang Kau memilih untuk diam?
Ingin rasanya mengutuk kota ini biar dikasih hujan api dan belerang kayak Sodom dan Gomorah yang isinya orang jahat semua. Tapi di kota ini masih ada 40% orang yang masih suka kebenaran. Termasuk gw dan anggota keluarga gw. 

Jadi untuk mereka kah Kau memilih untuk diam? Atau untuk si no. 2 yang sangat Kau kasihi itu? Supaya dia terbebas dari penderitaan dimusuhin dan dihujat orang-orang karena mengerjakan apa yang benar di hadapanMu.

Yah, mungkin mereka yang ngga milih si no. 2, sebetulnya kasihan sama dia. Jadi daripada seorang baik menderita, lebih baik kita ramai-ramai menderita dibohongi para penguasa yang ngaku-ngaku percaya Tuhan, tapi kelakuan dan keputusan mereka lebih dipengaruhi sama iblis. Tokh… perjalanan kita di dunia ini Cuma sementara. Ngga terlalu lama. Selebihnya, adalah penghakiman terakhir buat para penguasa lalim, dan semua yang ngga pernah mau ngambil kesempatan buat bertobat.