I thank Thee for sending me Thy angels to surround me. To fill my mind with thoughts of light. Whenever I start exploring the dangerous territory, they guard me to come home soundly to Thee. Thy invisible hands have held mine in ways beyond my ability to understand. So narrow, so shallow and useless, my mind is. Merely dust blown and vanished by the slightest wind.
Bring me simpleness. And humbleness. So I can no longer proud. For there's nothing of me to be proud of. For the mind that is proud will claim it's versatility. And tempted to criticize, condemned and judge all else but itself. A simple mind, though, creates a humble heart. Thus Thy wisdom and grace shall pour unto it.
Let me not analyze. When it's about Thee. Let me not question. But believe. I know my faith is given. For my wretched soul can never afford it. Not in eternity. Here, let me learn about Love without condition. Let my heart be broken, in a thousand little pieces. Realizing Thy kindness, deeper than any deepest ocean trench.
Sunday, March 28, 2010
Saturday, March 20, 2010
Antara kau dan Dia
Ingatlah ini, sayang...
Akan hari ini
Ketika langit tersedu
Ketika aku lenyap dari pandangmu
Dan lenyap dari ingatan orang-orang
Dan hari-hari terus melaju melindas kenangan
Ketika aku kembali ke rahim sang bumi
Seperti debu yang disapu badai
Meninggalkan kesenyapan
Dalam asa yang tak kunjung kau gapai
Ingatlah...
Akan setiap doa yang meluncur
Lewat tetes-tetes air mata
Saat Ia berbisik di telingaku
Memeluk erat jiwaku
Merasakan remuk redam hatiNya
Tersungkurlah dalam keagunganNya
Rasakan tanah yang rebah di bawah kakiNya
Dan biarkan Ia menggapaimu
Meleburmu dalam gemuruh keabadian.
Akan hari ini
Ketika langit tersedu
Ketika aku lenyap dari pandangmu
Dan lenyap dari ingatan orang-orang
Dan hari-hari terus melaju melindas kenangan
Ketika aku kembali ke rahim sang bumi
Seperti debu yang disapu badai
Meninggalkan kesenyapan
Dalam asa yang tak kunjung kau gapai
Ingatlah...
Akan setiap doa yang meluncur
Lewat tetes-tetes air mata
Saat Ia berbisik di telingaku
Memeluk erat jiwaku
Merasakan remuk redam hatiNya
Tersungkurlah dalam keagunganNya
Rasakan tanah yang rebah di bawah kakiNya
Dan biarkan Ia menggapaimu
Meleburmu dalam gemuruh keabadian.
Thursday, March 18, 2010
Another Day in the Cubicle
Oh… these numbers…
Such dreary numbers before my drowsy eyes
My passion has been dried out
Nothing is left there to spark the flame
I watch them in dislike
From behind the cage of disillusionment
Of the inability to unite with my true aim
Distraction!
She looks so orange today…
U huh… sweet like the fruit
With tiny colorful buttons in her belly
Back to the bulk of numbers
Hideous numbers
Meaningless of them
Somebody please tell me
Why do I end up here?
Can’t you do something to deliver me from these numbers?
‘Coz they’re dragging me down
From someone to no one
From something to nothing
What I need are words
Them, and more of them!
Such dreary numbers before my drowsy eyes
My passion has been dried out
Nothing is left there to spark the flame
I watch them in dislike
From behind the cage of disillusionment
Of the inability to unite with my true aim
Distraction!
She looks so orange today…
U huh… sweet like the fruit
With tiny colorful buttons in her belly
Back to the bulk of numbers
Hideous numbers
Meaningless of them
Somebody please tell me
Why do I end up here?
Can’t you do something to deliver me from these numbers?
‘Coz they’re dragging me down
From someone to no one
From something to nothing
What I need are words
Them, and more of them!
Wednesday, March 10, 2010
Insomnia
Malam kian larut dalam hening dan kegelapan
Dan aku terbaring tanpa suara
Menatap kisi-kisi jendela yang dilalui cercah-cercah cahaya temaram
Berpikir dan mengingat hari-hari yang beku dalam waktu lampau
Jalanan panjang berdebu itu
Di bawah langit kelam tak berbintang
Yang setiap hari kutelusuri
Sambil membiarkan anganku mengembara bersama angin
Bertanya-tanya, akan seperti apakah masa yang menunggu di depanku?
Mampukan menjalaninya?
Kutundukkan lagi kepalaku menatap aspal jalanan
Yang kering dan hangat terbakar matahari tadi siang
Ah... Aku ingat rumah-rumah itu
Yang berjejer di sisi jalanan
Lampu-lampunya menyala di dalam
Dan aku kenal beberapa penghuninya
Tetangga-tetanggaku terdahulu
Mereka yang belajar bersamaku dan saudari-saudariku
Ada damai dan sukacita menyelimuti perasaanku...
Sudah berapa lamakah?
Rasanya seperti kehidupanku yang lain sebelum yang sekarang
Ingin kugapai masa-masa itu
Menyentuhnya dan merasakannya sekali lagi
Oh, tapi pagi sudah menjelang
Sebaiknya kubiarkan diriku terlelap
Meski sekejap saja...
Dan aku terbaring tanpa suara
Menatap kisi-kisi jendela yang dilalui cercah-cercah cahaya temaram
Berpikir dan mengingat hari-hari yang beku dalam waktu lampau
Jalanan panjang berdebu itu
Di bawah langit kelam tak berbintang
Yang setiap hari kutelusuri
Sambil membiarkan anganku mengembara bersama angin
Bertanya-tanya, akan seperti apakah masa yang menunggu di depanku?
Mampukan menjalaninya?
Kutundukkan lagi kepalaku menatap aspal jalanan
Yang kering dan hangat terbakar matahari tadi siang
Ah... Aku ingat rumah-rumah itu
Yang berjejer di sisi jalanan
Lampu-lampunya menyala di dalam
Dan aku kenal beberapa penghuninya
Tetangga-tetanggaku terdahulu
Mereka yang belajar bersamaku dan saudari-saudariku
Ada damai dan sukacita menyelimuti perasaanku...
Sudah berapa lamakah?
Rasanya seperti kehidupanku yang lain sebelum yang sekarang
Ingin kugapai masa-masa itu
Menyentuhnya dan merasakannya sekali lagi
Oh, tapi pagi sudah menjelang
Sebaiknya kubiarkan diriku terlelap
Meski sekejap saja...
Subscribe to:
Posts (Atom)
Wake Up Call
Liat berita di TV pagi-pagi, lagi-lagi kasus anak bunuh ibunya. Satan is working hard indeed. And they talked about mental health. Peopl...
-
How do you do that? Love your enemy. Really? It’s even nearly impossible not to imagine grabbing the hair of those teens who just couldn...
-
Akhirnya kelar juga rangkaian pekan suci yang gue nanti-nantikan. Mulai dari Kamis Putih, Jum’at Agung sampe Vigili Paskah. As usual, it...