Biarkan aku merenung sejenak. Di tengah-tengah hiruk pikuk kota berdebu. Di sela-sela kesibukan para pengejar karir. Akan kutanyakan pada hatiku, ‘kemanakah engkau melanglang hingga rasanya aku kosong?’
Pikiranku kedinginan ditinggal hati. Kini ia mendekam muram di bawah selimut kemalasan.
Kembalilah hatiku, hangatkan aku.
Seperti sebatang lilin engkau meleleh ‘tuk menerangi ceruk gelap dalam jiwaku.
Aku malu ingat janji-janji lalu. Kini mereka hanya gundukan cerita usang. Jauh tak tergapai. Ingin aku salahkan setiap insan yang melintas di depanku. Agar mereka tahu rasanya jadi aku. Aku cemburu pada burung-burung. Yang melayang bebas di langit, yang berkicau tiap fajar merekah, tak sehari pun kehilangan semangat.
Katakan padaku wahai Sahabat. Ke mana aku harus mencari. Pemantik api untuk lilinku.
Monday, April 26, 2010
Monday, April 19, 2010
Carry My Cross
Di suatu noktah dalam jalinan nafasmu
Akan kau temui sebuah ceritera
Tentang warna dan corak yang melukis engkau
Tentang debu dan tanah yang menyusun rusuk
Misteri dasar yang kau hirup setiap detik
Dari kealpaan hingga nirwana
Di antara kepingan-kepingan hari
kau merenungi suka dan siksa
Ketika pahit membakar kecapan
Saat peluh dan air mata berdendang seirama
Dan kau bersimpuh memeluk luka
Karena bagai buliran intan kau ditempa
Di perut bumi yang bergelora dan penuh bara
Kenanglah Dia yang meniti derita
Melebur ke dasar kegelapan
Dalam nelangsa dan kesendirian
Namun bukan untuk suatu kesia-siaan
Sebab itu usirlah syak karena kelam telah remuk
Sirna tak berjejak
Oleh bara yang tak kan padam
Oleh kesetian yang memenangkan
Akan kau temui sebuah ceritera
Tentang warna dan corak yang melukis engkau
Tentang debu dan tanah yang menyusun rusuk
Misteri dasar yang kau hirup setiap detik
Dari kealpaan hingga nirwana
Di antara kepingan-kepingan hari
kau merenungi suka dan siksa
Ketika pahit membakar kecapan
Saat peluh dan air mata berdendang seirama
Dan kau bersimpuh memeluk luka
Karena bagai buliran intan kau ditempa
Di perut bumi yang bergelora dan penuh bara
Kenanglah Dia yang meniti derita
Melebur ke dasar kegelapan
Dalam nelangsa dan kesendirian
Namun bukan untuk suatu kesia-siaan
Sebab itu usirlah syak karena kelam telah remuk
Sirna tak berjejak
Oleh bara yang tak kan padam
Oleh kesetian yang memenangkan
Subscribe to:
Posts (Atom)
Wake Up Call
Liat berita di TV pagi-pagi, lagi-lagi kasus anak bunuh ibunya. Satan is working hard indeed. And they talked about mental health. Peopl...
-
How do you do that? Love your enemy. Really? It’s even nearly impossible not to imagine grabbing the hair of those teens who just couldn...
-
Akhirnya kelar juga rangkaian pekan suci yang gue nanti-nantikan. Mulai dari Kamis Putih, Jum’at Agung sampe Vigili Paskah. As usual, it...