Barangkali gw memang egois pengen si no. 2 yang menang
pemilihan. Mungkin, emang rakyat Jakarta yang lebih punya hati. Masyarakat
Indonesia belum siap untuk diajak berjujur ria. Terlalu pandai. Terlalu banyak
kepentingan. Kejujuran Cuma slogan, yang lebih sering dikunci di gudang buat
jadi barang lapuk, baru diambil kalo perlu pernak-pernik buat kampanye. Semuanya
menyerukan nama kudus Dia yang dulu tak berani disebut oleh bangsa Ibrani,
karena terlalu dahsyat, dan ngeri. Tapi nabi-nabi palsu tidak takut. Bagi
mereka, Tuhan itu tak lebih dari mitos. Gimana ngga. Mereka belum pernah
ketemu. Belum pernah ngobrol. Dan belum pernah ngerasa ditampar saat mereka
melanggar perintahNya. Mereka percaya sama apa yang bias mereka sentuh, pegang
dan rasakan. Yang bias senantiasa mendatangkan manfaat dan kebaikan buat
daging-daging mereka. Seperti uang. Ya, uang, pastinya. Jama sekarang ngga
punya uang? Ke laut aja deh loe. Ya ngga?
Jadi balik lagi, kalau kamu lebih percaya Tuhan ketimbang
uang sampe ngga mau kompromi samasekali buat hal-hal yang ngga sejalan sama
ketentuan Dia… kamu orang aneh. Ngga waras. Berbahaya. Perlu disingkirkan…
Si no. 2 pun masuk ke jalur para martir. Dihakimi, difitnah,
diberi kesaksian dusta. Buat apa?
Buat ngebersihin sungai-sungai dari sampah. Buat ngebenahin
pasar dan ngusir preman. Buat meniadakan pungutan liar. Buat mengusir banjir.
Buat mindahin penduduk pemukiman kumuh yang sarat penyakit ke apartemen yang
jauh lebih layak tinggal…
Sakit hati? Iya. Saya sakit hati. Karena saya melihat
pekerjaan Tuhan lewat dia, tapi manusia memilih untuk berpaling ke pekerjaan
setan.
Aku bertanya padaNya, kenapa? Kenapa Kau memilih untuk
kalah, membiarkan yang jahat yang menang? Apa salahnya sih sekali-sekali unjuk
gigi? Kasih mereka liat, siapa Tuhan. Biar aja ada yang jadi tiang garam. Atau
gosong di tempat. Sekali-sekali aja… Apa Tuhan ngga empet liat mereka yang sok
pinter dan memutarbalikkan kebenaran? Dulu Tuhan empet sama bangsa Israel yang
kerjanya bersungut-sungut ngga tau terima kasih. Kenapa sekarang Kau memilih
untuk diam?
Ingin rasanya mengutuk kota ini biar dikasih hujan api dan
belerang kayak Sodom dan Gomorah yang isinya orang jahat semua. Tapi di kota
ini masih ada 40% orang yang masih suka kebenaran. Termasuk gw dan anggota
keluarga gw.
Jadi untuk mereka kah Kau memilih untuk diam? Atau untuk si no. 2
yang sangat Kau kasihi itu? Supaya dia terbebas dari penderitaan dimusuhin dan
dihujat orang-orang karena mengerjakan apa yang benar di hadapanMu.